Apakah hal yang paling kita dambakan dalam kehidupan ini? Jawabannya sudah pasti: Kebahagiaan! Ya, segenap gerak dan ikhtiar kita, sadar maupun tak sadar, kita tujukan untuk membuat diri kita dan orang-orang yang kita kasihi bisa berbahagia.
Sayangnya, pada faktanya, tidak semua orang bisa mengecap kebahagiaan. Sebagian orang tidak bisa mengecap kebahagiaan, karena tidak bisa memenuhi faktor-faktor pendukung kebahagiaan. Mereka berkekurangan dari segi sandang, pangan, papan dan berbagai kebutuhan pokok lainnya. Memang, sulit untuk berbahagia jika kita tak bisa memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Sebagai ilustrasi, jika Anda kebetulan masih mengontrak rumah, lalu saatnya Anda memperpanjang masa kontrakan, Anda tak punya uang sepeserpun, bisakah Anda tenang dan bahagia? Pastilah sulit untuk merasakan ketenangan! Demikian pula, sulit bagi kita untuk merasa damai, jika anak kita sakit, kekurangan gizi, atau tak bisa bersekolah, akibat kita tak bisa memberi nafkah yang cukup.
Sebagian orang lainnya, tak bisa mengecap kebahagiaan karena tak paham akan rahasia kebahagiaan. Di satu sisi, mereka telah memiliki semua faktor pendukung kebahagiaan. Sandang, pangan, papan, dan berbagai kebutuhan lainnya, telah terpenuhi. Bahkan, harta mereka terbilang berlebih. Namun, hati mereka tetap gersang, dan hidup mereka jauh dari kedamaian.
Islam, hadir dengan petunjuk paripurna agar pengikutnya bisa mengecap kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. Islam menginspirasi bahkan mewajibkan pengikutnya agar bekerja keras mencari nafkah guna memenuhi prasyarat kebahagiaan: kecukupan sandang, pangan, papan, dan kebutuhan hidup lainnya. Dan di sisi lain, Islam juga menerangi pikiran dan hati pemeluknya agar bisa memahami dan menyelami rahasia kebahagiaan. Islam misalnya mengajarkan bahwa agar seseorang bisa mengecap kebahagiaan, seseorang harus bersyukur (berterima kasih kepada Allah atas segenap karunia yang Dia berikan) dan qonaah (merasa cukup atas apa yang Allah berikan).
Salah satu golden way (ajaran emas ) yang ditegaskan Islam agar seseorang bisa mengecap kebahagiaan – dan itu merupakan wujud penerapan sikap syukur dan qonaah – adalah kedermawanan, yang bentuk nyatanya adalah kegemaran untuk bersedekah.
Dalam sebuah hadits Qudsi dinyatakan: “Ini adalah agama yang telah Kuridhoi untuk diri-Ku sendiri, dan tidaklah dapat dimanifestasikan kecuali melalui perbuatan murah hati (kedermawanan) dan akhlak yang baik. Karena itu jadikanlah diri kalian mulia dengan kedua sifat itu selama menganutnya.” (HQR Samawaih, Ibnu Adi, Uqaili, Kharaiti, Khatib, Ibnu Asakir, Rafi’i, dari Anas r.a).
Lebih lanjut, Islam menempatkan sedekah sebagai salah satu bentuk kebajikan tertinggi, sekaligus sebagai kunci meraih surga (kebahagiaan), baik di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman dalam salah satu ayat Al Qur’an: “Kalian tidak akan mencapai kebaktian yang sempurna sampai kalian menafkahkan sebagian harta benda yang kalian cintai” (QS. Ali Imran: 92). Yang dimaksud dengan “menafkahkan sebagian harta” di dalam ayat ini, adalah bersedekah.
Selaras dengan itu, Umar bin Abdul Aziz, ulama yang zuhud sekaligus khalifah yang adil di masa tabi’in (periode kehidupan setelah para sahabat Nabi), mengungkapkan sebagai berikut: “Shalat mengantarkanmu setengah perjalanan, puasa mengantarkanmu ke pintu Allah yang Maharaja. Dan sedekah memasukkanmu ke istana mahligai-Nya.” Sementara itu, Ummul Mu’minin Aisyah r.a menjelaskan: “Surga adalah tempat tinggal orang-orang dermawan, sementara neraka adalah tempat tinggal orang-orang kikir”.
Menimbang demikian sentralnya tema sedekah dalam ajaran Islam, risalah ringkas ini mencoba mengajak para pembaca untuk menyelaminya lebih dalam. Diharapkan, para pembaca terinspirasi untuk menjadikan sedekah sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari, dan bisa memperoleh manfaat darinya. Telah banyak terbukti, baik dalam pengalaman pribadi penulis, maupun yang diceritakan orang lain – juga yang penulis baca dari berbagai buku, sedekah memang salah satu jalan emas bahkan rahasia ajaib untuk mendatangkan kebahagiaan dan mengubah nasib kita jadi lebih baik
Sumber : http://setyochannel.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment
Seluruh artikel di blog ini adalah hasil dari copy paste dari berbagai sumber jadi mohon maaf sebelumnya kepada para original writer...